Jumat, 03 April 2009

NU MEMILIKI REL SENDIRI

24/03/2009 
Pernyatataan H Abbas Muin, salah seorang ketua PBNU, bahwa banyak program pokok NU yang terbengkalai, seperti program pengefektifan organisasi, program kaderisasi, dan program pengembangan ekonomi warga masih terbengkalai perlu diapresiasi. Belum lagi program politik kenegaraan yang harus diemban. Hal itu tidak lain karena selama ini NU tidak memiliki kemandirian dalam bidang dana, sehingga cenderung mengerjakan program yang ada dananya, meskipun program tersebut didanai orang lain baik pemerintah, perusahaan atau funding asing.

Pernyataan itu mengingatkan kita pada wejangan KH Ahmad Shiddiq dalam Muktamar NU di Yogyakarta bahwa NU bukan taksi yang bisa dibawa kemana-mana oleh penyewanya, melainkan seperti kereta api yang telah memiliki khittah yakni rel dan jalur tersendiri. Bukan juga seperti koper yang bisa diisi apa saja karena NU telah memiliki fikrah tersendiri. Peringatan Rais Aam itu nampaknya sudah kurang didengar lagi sehingga seolah NU menjadi taksi atau menjadi koper yang bisa diisi apa saja, sehingga bisa dimaklumi kalau ada di antara pengurus PBNU yang mengeluhkan keadaan ini. 

Kelangkaan kaderisasi nampaknya yang membuat semua keadaan ini terjadi, sehingga banyak kader NU yang tidak mengerti khittah dan fikrah NU. Padahal NU telah memiliki garis perjuangan yang sangat tegas hal itu selalu ditegaskan dalam setiap Munas dan Muktamar NU, tetapi tampaknya konstutusi itu tidak pernah lagi dirujuk oleh para aktivis NU sehingga program yang mereka jalankan tidak sesuai dengan garis perjuangan NU hanya sekadar membuat aktivitas padahal muatannya penuh dengan pesanan pihak lain. Kalau ini yang terjadi, maka hakekat NU sebagai organiasasi akan pudar dan hanya akan menjadi semacam event organizer, yang hanya mengerjaan agenda orang lain untuk sekadar mendapatkan upah.

Selain karena kurangnya kaderisasi hal itu juga akibat ketidakmandirian NU dalam bidang dana. Karena itu saat ini mulai dipikirkan kembali untuk menggalang dana warga, sehingga NU akan bisa membeayai aktivitasnya sendiri secara mandiri. Sebenarnya kemandirian NU itu belum lama pudar, beberapa tahun yang lalu seluruh kegiatan organisasi masih dibeayai secara gotong-royong dengan iuran warga baik secara finanisial maupun natural. Kemandirian yang sudah melemah ini yang ke depan perlu diperkuat kembali.

Belum lagi sebenarnya NU memiliki aset besar baik berupa tanah, gedung dan beberapa aset lainnya yang bila dibudidayakan secara profesional akan mendatangkan keuntungan. Semuanya ini butuh pengelolaan yang profesional dan amanah dari kalangan kader Nahdliyin sendiri. Dalam situasi sulit seperti zaman penjajahan NU menolak segala bantuan dari Belanda agar tidak mencampuri urusan internal NU. Begitu pula dan zaman Orde baru yang represif, NU masih mampu bertahan dan menjalankan aktivitasnya sendiri.NU lahir dan bergerak berdasarkan kemandirian warga untuk bangkit, yang sama sekali menolak kerjasama dengan Belanda sehingga NU menjadi organisasi besar dan disegani. Maka aneh kalau sudah besar malah tidak memapu bergerak. Padahal banyak dana sosial yang bisa digerakkan.

Ketika program kaderisasi yang tidak berjalan menjadi penghambat utama dalam menegakkan kemandirian ini. Untuk itu ke depan kaderiasasi mesti digiatkan kembali agar muncul pimpinan yang memiliki kapasitas menjalankan organisasi dan memiliki karakter menjaga mental warga Nahdliyin agar tidak terjebak pada pragmatisme sesaat. Menjaga kemandirian kaum Nahdliyin memang dibutuhkan stamina yang kuat, sebagai organisasi besar desakan dan tarikan pada NU tentunya juga sangat kuat. Hanya kader yang tangguh dan berkepribadian yang mampu memegang amanah ini. Agar NU kembali menjadi organisasi besar perannya dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga kehadirannya dirasa manfaatnya dan akan disegani.

Ini menyangkut reorientasi organisasi, sementara reorientasi ini bukan pekerjaan mudah selain membutuhkan pemikiran besar juga membutuhkan langkah besar dan membutuhkan waktu sehingga perlu kesabaran. Dengan semakin derasnya tarikan politik kepartaian belakangan ini yang menyerap sebagian besar calon kader NU membuat langkah ini semakin sulit diwujudkan. Seleksi bagi kader yang akan ditampilkan menjadi penting dilakukan, sehingga akaan muncul kader yang benar-benar mau berkhidmat dan mengabdi di NU. (Abdul Mun’im DZ)

courtessy : www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar