Jumat, 01 Januari 2010

MUNAJAT DALAM KEGELAPAN

Ketika sanubariku keruh dan terbenam dalam gelapnya kesulitan dan kesempitan, sanubariku meraung menahan sakitnya benturan benturan permasalahan yang bagaikan hujan lebat terus mendera tubuhku, aku berusaha menghindar dan menyelamatkan diri, namun hantaman hantaman kesulitan tindih menindih membuatku roboh tak berdaya, panca inderaku gelap tak memiliki rasa, mataku terbuka dan seluruh pemandangan berubah menjadi selubung pekat yang mengerikan, telingaku mendengar suara suara namun mendadak bagaikan dihambat dengan ketulian yang kelam, alam pemikiranku lumpuh, kedua telapak tangan dan jari jariku bergetar, hatiku bagai hangus terbakar oleh gemuruh lahar kerisauan..

Apa yang bisa kuperbuat.., aku tidak tahu, semua jalan keluar yang kutempuh tertutup rapat.., semua orang masa bodoh atas kesulitan dan raunganku, seakan aku hidup sendiri di alam ini..
Aku rebah terhenyak, tiba tiba terdengarlah suara lirih dari Firman Tuhanku.. "WA NAADAA FIDHULUMAAT.. AN LAA ILAAHA ILLA ANTA.., SUBHANAKA INNIY KUNTU MINADDHAALIMIIN.., FASTAJABNAA LAHU WANAJJAYNAAHU MINAL GHAMMI WAKADZAALIKA NUNJIYYIL MUMININ.." Aku tersentak kaget.. ah.. Kisah Yunus as.., ketika Allah swt menceritakannya dengan jelas, "DAN DIA (Yunus) MEMANGGIL (KU) DALAM KEGELAPAN.. BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ENGKAU, MAHA SUCI ENGKAU.. SUNGGUH AKU TERMASUK ORANG YG DHALIM.., MAKA KAMI MENJAWAB DOANYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KEGUNDAHAN DAN PERMASALAHAN DAN DEMIKIAN PULA KAMI MENYELAMATKAN ORANG ORANG MUKMIN" (Al Anbiya 87)

Betapa sempit dan adakah lagi kesempitan dan kebingungan lebih dari yang menimpa Nabiyallah Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan raksasa dan hidup merangkak didalam perut hewan itu.. betapa busuknya.. betapa gelapnya.. betapa sempit dan kalutnya Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan besar dan dibawa kepada kedalaman Samudera raya..
Ia tak mungkin memanggil siapapun, tak pula bisa berbuat apapun.. namun cerita ini dikisahkan kembali oleh Nya seakan Dia berseru : Akulah Raja Tunggal Maha Penguasa Kegelapan Samudera, Akulah yang Maha Menemaninya saat ia dalam kesendirian, Aku Maha Tunggal Mendengar tangisannya yang terbenamkan dalam pekatnya Samudera, Masihkah ada selainku yang mendengar panggilannya Saat itu memang sudah tak ada lagi yang bisa diharapkan selain Nya, maka Dia menceritakannya dengan indah : "Maka ia Memangil manggil Ku dalam kegelapan..", kegelapan perut ikan, kegelapan perasaan, kegelapan masalah yang terpekat.. "ia memangil manggil Ku dalam kegelapan.. Tiada Tuhan Selain Mu, Maha Suci Engkau, sungguh aku dari kelompok hamba yang dhalim..",

Tak ada keselamatan dari Siksa Nya selain dengan Kalimat Tauhid, sebagaimana Hadits Qudsiy yang berbunyi : "Laa ilaaha illallah adalah Benteng Ku, barangsiapa yang mengucapkannya maka ia masuk dalam benteng Ku, barangsiapa masuk dalam benteng Ku maka ia aman dari siksa Ku".
Maka Yunus as memulai doanya, memanggil mangil Maha Raja Penguasa Samudera Kegelapan dan Maha Menemani setiap kesendirian, Maha Raja Yang Menciptakan Terang Benderang dan Kegelapan di Kerajaan Alam Semesta, ia memulai doanya dengan "Laa ilaaha illan anta" Tiada Tuhan selain Engkau.. Lalu Yunus meneruskan doanya dengan mensucikan Allah..bertasbih kepada Allah.. Dia Yang Tak satupun menghalangi Pandangan Nya, Maha Suci Raja Yang selalu disucikan selamanya oleh sekalian Alam.., dan Dia pula telah berfirman : "KALAU BUKAN KARENA IA (Yunus) ORANG YG SUKA BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH, NISCAYA IA AKAN TETAP DIDALAM PERUT IKAN ITU HINGGA HARI KEBANGKITAN".

Maka Yunus meneruskan doanya dengan kalimat SUBHANAKA maha suci Engkau.. Inniy kuntu minaddhaalimiin.. sungguh aku termasuk golongan orang yang dhalim.. (Yunus as marah dan meninggalkan ummatnya sebelum diizinkan Allah), Ia mengadu, mengaku, dan berharap cemas semoga Maha Pemelihara Tunggal ini masih memaafkannya, maka Dia Allah meneruskan firman Nya, MAKA KAMI TERIMA SERUANNYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KESULITAN.. Ah.. betapa tak berartinya seluruh musibahku ini dibanding orang yang ditelan hewan raksasa lalu dibawa tenggelam ke Dasar Samudera.. muncul harapan dihatiku.. berarti aku harus banyak mengucapkan kalimat Tauhid, Tasbih dan mengakui kesalahanku pada Nya, Niscaya Dia akan menolongku dari kesulitan ini.. Tiba tiba batinku merintih lagi.. ah.. tak mungkin.. itukan untuk Nabi Yunus.., siapakah aku hingga akan pula akan ditolong Allah, ini hanyalah kekhususan Yunus as, Nabi Allah, tiba tiba aku teringat akhir ayat itu.. WA KADZALIKA NUNJIYYIL MU MINIIIN, dan begitupula kami menyelamatkan orang orang yang mukmin.

Maha Suci Engkau Wahai Menyingkap kegelapan malam dan membuatnya terang benderang, beribu hati gelap dan pekat telah pula kau singkapkan kesedihan mereka dengan pengabulan doa hingga hati gelap dan kelam itu berubah menjadi terang benderang dengan kegembiraan oleh Matahari Keluhuran Mu.. Kau simpan rahasia kelembutan Mu dalam ayat pendek ini.., bahwa Kau Maha Siap mengulurkan jari jari takdir kelembutan yang memutus rantai rantai takdir Mu yang mencekik dan menghanguskan sanubari ini dengan Munajat dan Doa kami, sebagaimana Hadits Nabi Mu saw, "Tiadalah Yang Mampu menolak ketentuan Nya, selain Doa". Hanya doa dan rintihan di Pintu Kemegahan Mu yang akan menyingkirkan segala kesulitan ini..

Maka aku bermunajat Sebagaimana Munajat Nabiku Muhammad saw : Wahai Allah, Demi orang orang yang bermunajat meminta kepada Mu, Demi orang orang yang bersemangat menuju keridhoan Mu, dan juga demi doa Yunus as dan seluruh pemiliki sanubari luhur yang menginjak Bumi Mu dari zaman ke zaman, Demi berjuta telapak tangan yang telah terangkat bermunajat pada Mu, Demi Doa Yunus ketika didalam perut hewan raksasa di dasar Samudera.. Yang sebab doanya lah kau bukakan Rahasia pertolongan Mu, dan demi Keteguhan Ibrahim as yang membuat api Namrud menjadi tunduk dan dingin.. dan Demi Munajat Nabi Muhammad saw, yang merupakan Munajat Terluhur dari seluruh Munajat Hamba Mu di Kerajaan Alam Semesta, bebaskan Aku dari segala kesempitan.., bebaskan aku dari dasar samudera kesulitan yang membuatku tenggelam dan Buta dari kegembiraan, yang membuatku ditelan oleh dosa dan merangkak diperut dosa yang penuh dengan busuknya bangkai kehinaan dalam keadaan Lumpuh dari harapan, akulah hamba yang merangkak diperut dosa.. ditenggelamkan ke dasar Samudera kesulitan.. memanggil manggil Nama Agung Mu.. memanggil manggil satu satunya gerbang harapan bagi para pendosa.. selamatkan aku dari segala kesulitan..

Tiada Tuhan Selain Engkau.. aku tak akan menyembah selain Mu.. tak pula akan sujud pada selain Mu.. penghambaanku hanya untuk Mu.. tak pula akan memilih Tuhan Lain selain Mu.. bila muncul dihadapanku Tuhan lain dengan menyiapkan seluruh kenikmatan dan kemewahan abadi diahadapanku.. niscaya kuhempaskan dan kutolak seluruh anugerahnya, aku akan berpaling dan berlari kepada Mu.. Menuju Tuhanku Yang Maha Tunggal.. Tetap Engkau Maha Tunggal Tuhanku.. hanya Engkau Rabbiy.. hanya Engkau Pilihanku.. hanya Engkau..

Maha Suci Engkau dengan segala kesucian.. maka singkirkanlah segala kesulitan ini sebagaimana Ibu yang menepiskan bekas noda dari wajah bayinya.. Rabbiy.. Rabbiy.. Sungguh aku telah berbuat kedhaliman.. sungguh aku telah mengingkari perintah Mu.. namun kemana aku akan pergi menyelamatkan diri kalau bukan kepada Mu Demi Keluhuran Muhammad saw.. Demi Munajat Muhammad saw.. Demi Keindahan Muhammad saw.. Demi Kewibawaan Muhammad saw.. Demi Mukjizat Muhammad saw.. Demi Syafaat Muhammad saw.. Yang kesemua itu mencerminkan Keindahan Mu dan Kesempurnaan Mu Rabbiy, Maka Maha Suci Engkau dan segala Puji atas Mu Tuhan sekalian Alam..



courtessy : www.mubas.wen.ru

WAJIBKAH KITA BERMADZHAB???

WAJIBKAH BERMADZHAB???

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan kebahagiaan dan rahmat Nya swt semoga selalu tercurah pada hari hari anda, saudaraku yang kumuliakan, mengenai keberadaan negara kita di indonesia ini adalah bermadzhabkan syafii, demikian guru guru kita dan guru guru mereka, sanad guru mereka jelas hingga Imam syafii, dan sanad mereka muttashil hingga Imam Bukhari, bahkan hingga rasul saw, bukan sebagaimana orang orang masa kini yang mengambil ilmu dari buku terjemahan lalu berfatwa untuk memilih madzhab semaunya,

Anda benar, bahwa kita mesti menyesuaikan dengan keadaan, bila kita di makkah misalnya, maka madzhab disana kebanyakan hanafi, dan di Madinah madzhab kebanyakannya adalah Maliki, selayaknya kita mengikuti madzhab setempat, agar tak menjadi fitnah dan dianggap lain sendiri, beda dengan sebagian muslimin masa kini yang gemar mencari yang aneh dan beda, tak mau ikut jamaah dan cenderung memisahkan diri agar dianggap lebih alim dari yang lain, hal ini adalah dari ketidak fahaman melihat situasi suatu tempat dan kondisi masyarakat.

Memang tak ada perintah wajib bermadzhab secara shariih, namun bermadzhab wajib hukumnya, karena kaidah syariah adalah Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib, yaitu apa apa yang mesti ada sebagai perantara untuk mencapai hal yang wajib, menjadi wajib hukumnya.

Misalnya kita membeli air, apa hukumnya, tentunya mubah saja, namun bila kita akan shalat fardhu tapi air tidak ada, dan yang ada hanyalah air yang harus beli, dan kita punya uang, maka apa hukumnya membeli air, dari mubah berubah menjadi wajib tentunya. karena perlu untuk shalat yang wajib.

Demikian pula dalam syariah ini, tak wajib mengikuti madzhab, namun karena kita tak mengetahui samudra syariah seluruh madzhab, dan kita hidup 14 abad setelah wafatnya Rasul saw, maka kita tak mengenal hukum ibadah kecuali menelusuri fatwa yang ada di imam imam muhaddits terdahulu, maka bermadzhab menjadi wajib,

Karena kita tak bisa beribadah hal hal yang fardhu / wajib kecuali dengan mengikuti salah satu madzhab itu, maka bermadzhab menjadi wajib hukumnya.

Sebagaimana suatu contoh kejadian ketika zeyd dan amir sedang berwudhu, lalu keduanya kepasar, dan masing masing membeli sesuatu di pasar seraya keduanya menyentuh wanita, lalu keduanya akan shalat, maka zeyd berwudhu dan amir tak berwudhu, ketika zeyd bertanya pada amir, mengapa kau tak berwudhu, bukankah kau bersentuhan dengan wanita, maka amir berkata, aku bermadzhabkan maliki, maka zeyd berkata, maka wudhu mu itu tak sah dalam madzhab malik dan tak sah pula dalam madzhab syafii, karena madzhab maliki mengajarkun wudhu harus menggosok anggota wudhu, tak cukup hanya mengusap, namun kau tadi berwudhu dengan madzhab syafii dan lalu dalam masalah bersentuhan kau ingin mengambil madzhab maliki, maka bersuci mu kini tak sah secara maliki dan telah batal pula dalam madzhab syafii.
Demikian contoh kecil dari kebodohan orang yang mengatakan bermadzhab tidak wajib, lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas wudhunya, ia butuh sanad yang ia pegang bahwa ia berpegangan pada sunnah nabi saw dalam wudhunya, sanadnya berpadu pada Imam Syafii atau pada Imam Malik, atau pada lainnya, atau ia tak berpegang pada salah satunya sebagaimana contoh diatas..

Dan berpindah pindah madzhab tentunya boleh boleh saja bila sesuai situasinya, ia pindah ke wilayah malikiyyun maka tak sepantasnya ia berkeras kepala dengan madzhab syafii nya,

Demikian pula bila ia berada di indonesia, wilayah madzhab syafi iyyun, tak sepantasnya ia berkeras kepala mencari madzhab lain. demikian saudaraku yang kumuliakan.,


Wallahu a'lam


courtessy : www.mubas.wen.ru

IPNU-IPPNU Harus Teladani Kepemimpinan Gus Dur

Sabtu, 2 Januari 2010 02:36

Temanggung, NU Online
Rekan-rekanita Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) harus meneladani kepemimpinan almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Gus Dur merupakan tokoh NU yang juga menjadi guru bangsa, maka para kader IPNU-IPPNU harus meneladani beliau," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Trie Marhaen Suhardono di Temanggung, Jateng, Jumat.

Ia mengatakan hal tersebut saat mewakili Bupati Temanggung, Hasyim Afandi membuka Kemah Bakti IPNU-IPPNU Cabang Temanggung di Desa Pendowo, Kecamatan Kranggan.

Lebih lanjut Marhaen mengatakan Gus Dur merupakan tokoh agama yang tidak saja diakui di tingkat nasional tetapi juga diakui di tingkat internasional.

"Mudah-mudahan dari para kader IPNU-IPPNU Temanggung lahir tokoh yang menjadi panutan bangsa, tokoh pluralis seperti Gus Dur," katanya.

Ia mengatakan, Pemkab Temanggung berharap organisasi ini bisa dijaga dan berkembang untuk membina pelajar di luar bangku sekolah.

IPNU-IPPNU, katanya, dapat menjadi wadah pembinaan kegiatan remaja sesuai dengan tuntunan agama dan tatanan negara.

"Jangan sampai anggota IPNU-IPPNU menodai organisasi ini. Kami berharap adik-adik bisa menjaga nama baik organisasi sebagai pembina generasi muda," katanya.

Ketua Pengurus Cabang IPNU-IPPNU Temanggung, Priyanto mengatakan sebagai anggota IPNU-IPPNU harus bisa mencontoh Gus Dur.

"Banyak kalangan yang mendoakan atas kepergian Gus Dur karena kepemimpinan beliau tidak hanya diakui nasional tetapi juga internasional," katanya.

Kemah bakti yang berlangsung hingga Ahad 3/1) tersebut diikuti 400 anggota dari 18 ranting IPNU-IPPNU di Temanggung. (ant/sam)


courtessy : www.nu.or.id

Gus Dur Pesan agar PBNU Dijaga Baik-Baik

Rabu, 30 Desember 2009 21:20

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi telah mendapat amanah dari Gus Dur untuk menjaga PBNU dengan baik. Pesan ini disampaikan ketika ia menjenguk Gus Dur dua minggu yang lalu saat ia menderita sakit.

"Jaga PBNU baik-baik," ujar Hasyim Muzadi saat melayat jenazah Gus Dur di RSCM Jakarta.

Dikatakannya, banyak hal yang bisa diteladani dari pribadi Gus Dur, diantaranya konsistensi dalam pemikiran. Ia merupakan tokoh berkarakter dan berani mengambil risiko atas kepemimpinannya, terlepas dari kekurangan yang dimilikinya.

"Belum ada kader sekokoh Gus Dur dari perjuangannya. Hanya karena masalah lingkungan, ini semua tidak menjadi kapasitas penuh. Karena kesehatan dan lingkungan, tapi orisinal Gus Dur luar biasa."

Gus Dur juga bukan orang yang suka mengeluh dengan persoalan yang dihadapi. Ia berani menanggung semua risiko atas tindakan yang diambilnya. (mkf)


courtessy : www.nu.or.id

Gus Dur Titipkan Pesan Terakhir Soal Fundamentalisme

Kamis, 31 Desember 2009 01:11

Jakarta, NU Online
Menjelang akhir-akhir hidupnya, kepedulian mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid semasa hidupnya terhadap persoalan toleransi dan kerukunan umat beragama, tetaplah besar sehingga menitipkan pesan pada tokoh Katolik untuk memperlakukan kaum fundamentalis secara lebih bijak.

Hal itu disampaikan Romo Benny Susetyo, di Jakarta, Rabu malam, merujuk pada pertemuan antara Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama Vatikan Kardinal Jean Louis Tauran dengan KH. Abdurrahman Wahid pada November 2009.

"Saat itu Gus Dur berpesan agar kaum fundamentalis jangan dijauhi tetapi harus dicintai," katanya mengutip salah satu pesan Gus Dur.


Menurut Romo Benny, Gus Dur adalah tokoh besar bagi bangsa Indonesia. Ia sangat memperhatikan isu-isu pluralisme dan mementingkan arti dari kejujuran. Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang sangat mendedikasikan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.

"Menurut saya, hidup Gus Dur semata-mata untuk bangsa dan negara. Beliau meninggalkan kepentingan pribadinya untuk bangsa, orang yang mencintai bangsa dan menyediakan waktu untuk bangsa," kata Romo Benny yang merupakan teman dekat dari almarhum Gus Dur.

Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang hangat dan tidak pernah lepas dari guyonan-guyonan yang menyegarkan. Guyonan itulah menjadi ciri khas Gus Dur yang selalu diingat.

Lebih lanjut Romo Benny mengatakan, meski didera sakit, Gus Dur masih sempat mengucapkan Selamat Natal padanya melalui telepon pada 25 Desember 2009.

"Pada 25 Desember, beliau menghubungi saya untuk mengucapkan Selamat Natal. Saat itu Gus Dur sempat mengeluh karena sakit gigi, tapi tetap saja Gus Dur bilang masih sehat," katanya.

Dalam perbincangan tersebut, Romo Benny mengaku menerima pesan dari Gus Dur yaitu untuk menjaga Shinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur.

"Beliau bilang titip ibu (Shinta Nuriyah Wahid)," katanya.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada usia 69 tahun karena sakit di RSCM Jakarta, Rabu pukul 18.40 WIB.

Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.

Ayah Gus Dur adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, KH Wahid Hasyim dan Ibunya bernama Hj Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.

Gus Dur menikah dengan Shinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. (ant/mad)



courtessy : www.nu.or.id

Gus Dur Bapak Pluralisme Internasional

Kardinal: Gus Dur Berkah bagi Umat Katolik
Kamis, 31 Desember 2009 05:22

Jakarta, NU Online
Uskup Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja SJ menilai mantan presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai berkat bagi umat Katolik.

"Bagi kami umat Katolik, pengaruhnya sangat besar, baik secara pribadi maupun umat Katolik Indonesia. Gus Dur juga menjadi perekat bagi umat lain yang berbeda. Meski dia seorang Muslim, dia mampu menjadi berkat bagi umat lainnya, baik Katolik maupun umat lainnya," katanya, Rabu (30/12/2009) malam.

Secara pribadi, Uskup mengaku merasa sedih dan kehilangan seorang tokoh yang mampu berteman baik tanpa menunjukkan perbedaan agama. "Secara pribadi dan pimpinan gereja Katolik di Jakarta, kami merasa sedih dan merasa kehilangan, juga bagi umat Katolik Indonesia," ujarnya.

Uskup menceritakan, persahabatannya dengan Gus Dur telah dimulai sebelum dia menjadi Uskup Agung Jakarta. "Saat ulang tahunnya saja, dia mengundang kami untuk memperlihatkan persaudaraan di antara sesama umat beragama," ujarnya.

Uskup mengaku kagum pada sikap Gus Dur yang konsisten dalam memperjuangkan dasar-dasar dan pengembangan perdamaian di antara umat beragama. (ant/mad

Kepergian Gus Dur Kehilangan bagi Semua

Kamis, 31 Desember 2009 07:50

Bogor, NU Online
Ulama Bogor, KH Mad Rodja Sukarta, Rabu malam, mengatakan, kepergian mantan Presiden Abdurrahman "Gus Dur" Wahid merupakan kehilangan bagi semua.

"Gus Dur merupakan Bapak Bangsa. Kepergian Gus Dur merupakan duka bagi semua," kata ulama yang juga pengasuh Pesantren Darul Muttaqien Parung, Bogor.

Menurut KH Mad Rodja, Gus Dur merupakan tokoh lintas batas. Selain sebagai panutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) serta umat Islam pada umumnya, Gus Dur juga meruapakan panutan bagi semua umat beragama di Tanah Air.

"Selama hidup Gus Dur mewakafkan dirinya bagi kerukunan umat beragama dengan mengajarkan toleransi serta menghilangkan diskriminasi berdasarkan agama maupun ras," kata ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bogor.

Rodja melanjutkan, apa yang telah dilakukan Gus Dur, merupakan buah kecintaannya kepada Indonesia. Karakter menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya layak dinnternalisasi oleh segenap anak bangsa.

Pengasuh Pesantren Ibnu Aqil, Ciomas, Bogor, KH Agus Salim Mawardi menambahkan, spirit perjuangan yang ditunjukkan Gus Dur, harus ditiru oleh bangsa Indonesia.

"Gus Dur tidak pernah lelah berjuang yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Keterbatasan fisik dan hambatan kesehatan, tidak pernah menjadi halangan dalam memperjuangkan cita-cita besarnya," tegas Agus Salim.

Agus Salim juga menilai Gus Dur sebagai sosok pejuang yang ikhlas dan sederhana, yang selalu berupaya melakukan perlindungan terhadap hak-hak kemanusiaan.

"Spririt, teladan dan cita-cita perjuangan Gus Dur harus kita lanjutkan demi mewujudkan kehidupan bangsa yang berkeadilan bagi semua," demikian KH Agus Salim Mawardi. (hir)


courtessy : www.nu.or.id

Wafatnya Gus Dur Diharap Jadi Momen Perekat NU

Kamis, 31 Desember 2009 08:04

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama (LDNU), KH Musthofa Agil berharap wafatnya KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bisa menjadi momen rekatnya kembali berbagai elemen NU di masa mendatang.

Menurutnya, pada masa-masa berkabung seperti sekarang bisa dimanfaatkan untuk saling bersilaturahim antar tokoh dan warga NU. "Harapannya, dengan rasa ditinggalkan figur sebesar Gus Dur mampu membangun kembali kesadaran untuk bersatu," ucapnya kepada wartawan di kantor Pengurus Besar NU, Rabu (30/12) malam.

Musthofa mengenang, di hari-hari terakhirnya Gus Dur masih menyempatkan diri mampir ke tempat tersebut untuk bertemu pengurus NU yang ada di sana. Menurutnya, Gus Dur teramat peduli dengan nasib orang lain, bahkan di sela-sela sakitnya dia masih menyempatkan diri menonton berita agar mengikuti perkembangan bangsa.

"Beliau itu melindungi semuanya, tanpa pandang latar belakang. Benar-benar ingin menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam)," ujarnya.

Menurut Musthofa, di kalangan pengurus NU sempat merasakan firasat sebelum Gus Dur meninggal. Dikatakannya, lawatan Gus Dur ke Jombang terbilang aneh karena sebelumnya dia tidak pernah melakukan kunjungan ke sana.

Ditambahkannya, selain itu Gus Dur juga sempat dirawat di Surabaya sebelum dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Namanya semacam 'alamat', pertanda kelak kemungkinan Gus Dur akan dimakamkan di sana (Jawa Timur, rep)," tuturnya. (c15/mad)


courtessy : www.nu.or.id