Kamis, 09 April 2009

IPPNU Diharapkan Miliki Frame Dakwah yang Terintegrasi

Rabu, 8 April 2009 14:15 

Jakarta, NU Online


Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa berharap Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) memiliki frame dakwah yang terintegrasi sehingga dapat menyampaikan berbagai masalah dengan muatan dakwah kepada para remaja putri.

“Ada orang sholeh dan sholihah, ketika membiarkan sebuah kemungkaran terjadi terjadi, sama dengan menyetujuinya,” katanya dalam dialog pra kongres di gedung PBNU, Selasa (7/4).

Ia mencontohkan kasus aborsi yang setiap tahunnya telah membunuh sekitar 3.2 juta bayi tak berdosa yang selama ini belum mendapat perhatian memadai dari umat Islam. Kasus yang menjadi perhatian baru masalah kemanusiaan besar seperti pembunuhan di Palestina atau Bom Bali yang mendapat liputan media luas. 

“Sejak saya kepala BKKBN, kisaran jumlah aborsi 3.2 juta setiap tahunnya, sekarang mungkin nambah. Kok kita diam, tutup mata dan telinga. Ini wilayah dakwah siapa. Ini harus menjadi bagian terintegrasi sehingga bisa menjadi garapan IPPNU,” katanya.

Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini mengingatkan, upaya degradasi moral seringkali diperkenalkan secara terselubung melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), yang salah satunya memperkenalkan morning pil, untuk mencegah terjadinya kehamilan akibat hubungan di luar nikah.

“Anak-anak harus tahu masalah menstruasi, ini bagus sebagai pengenalan awal, tetapi kemudian arus informasi yang bebas memungkinkan terjadinya free sex tinggi sekali, sehingga ada kehamilan yang tidak diinginkan,” terangnya.

Para dokter sendiri masih terbelah pendapatnya mengenai aborsi ini, ada yang pro choice atau boleh aborsi ada berpendapat pro live atau tidak boleh aborsi. 

“Karena kita organisasi sosial keagamaan, harus ada pola dakwah dalam seluruh kegiatannya. Tak hanya bil lisan (dengan lisan), kalau KRR, itu bil hal (dengan perbuatan), tetapi pola pikir kita harus terintegrasi, maka rambu-rambunya di sini, bukan menganjurkan morning pil. Ini pola kaderisasi yang terintegrasi dengan pola aswaja,” imbuhnya.

Godaan untuk menyampaikan masukan-masukan dari luar tersebut menurutnya karena banyak anak muda NU yang terpikat pada pola liberal yang terkesan modern, padahal tidak sesuai sehingga malah merubah nilai-nilai keislaman. (mkf)


courtessy : www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar