Selasa, 14 April 2009

NU dan Banomnya Terjebak Politik Praktis

 
 

Yogyakarta, (ANTARA News) - Penjabat Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Mochammad Maksum mengatakan NU kini terjebak dalam permainan politik praktis yang lebih mementingkan kekuasaan sesaat.

"Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan pengurus NU dalam berbagai kegiatan politik, seperti pemilihan kepala daerah, pemilu legislatif dan pemilihan presiden," katanya kepada pers di Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan, memang benar NU tidak melarang warga dan pengurusnya terlibat dalam politik praktis, namun hendaknya tidak menyeret NU secara organisatoris.

"Jika sudah menyeret NU sebagai organisasi, terlebih menjadikan NU sebagai tunggangan, maka hal itu mencederai khittah NU 1926" katanya. 

Menurut Maksum, di sinilah pentingnya menegaskan kembali posisi khittah NU 1926 sebagai payung bersama praktik berpolitikk warga NU khususnya di era multipartai.

"Khittah hendaknya menjadi pedoman warga NU untuk tidak menyeret NU ke dalam ranah politik, namun justru menjadi roh progresif yang memberi kebebasan warganya untuk terjun ke dunia politik," kata dia.

Ia mengatakan, roh progresif itu hendaknya dapat menjadi daya dorong bagi politisi NU di tengah merebaknya politik uang, korupsi, golongan putih (golput) dan intrik politik.

"Khittah NU 1926 idealnya menjadi payung dalam menyelesaikan beragam persoalan terkait warga NU," katanya.

Menurut Maksum, terkait masalah itu, PWNU DIY akan menyelenggarakan "halaqah nasional alim ulama" bertema etika politik dan visi kebangsaan khittah NU di pondok pesantren Sunan Pandanaran, Sleman pada 2 April 2009.

Halaqah ini diharapkan menjadi ruang introspeksi bersama kalangan pemimpin dan jamaah NU.

"KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) serta sejumlah kyai di antaranya KH Said Agil Sirad, KH Mustofa Bisri serta pengurus PBNU dan PWNU se-Indonesia akan hadir dalam acara tersdebut," katanya. (*)



COPYRIGHT © ANTARA

Melihat pernyataan di atas,saya (Kajen Young Boys) dapat menyimpulkan bahwa " khittah NU 1926 " telah di cederai oleh masyarakat NU sendiri, berapa banyak banom-banom NU yang telah di susupi POLITIK PRAKTIS ? 

Saya Amati di beberapa anak cabang IPNU - IPPNU telah diracuni politik praktis , mereka menunggangi badan otonom yang seharusnya sebagai ujung tombak masa depan NU sebagai " kuda tunggangan " empuk,padahal sebagai generasi masa depan kita punya kemampuan untuk memilih tanpa pengaruh dari orang lain.

Politik praktis di IPNU - IPPNU sudah sedemikian parahnya,acara Sarasehan IPNU -IPPNU yang diadakan tiap bulan sekali untuk menkoordinasi kinerja dan Program Kerja PC IPNU- IPPNU pun tak luput dari politik praktis,organisasi yang seharusnya membahas kemajuan Anak Muda NU ternyata digunakan waktunya untuk sebuah kampanye Janji-janji manis sang caleg.bagaimana organisasi Banom NU bisa maju kalo masih disusupi politik praktis yang notabene bukan tempatnya.semoga ini bisa menjadi pelajaran kita di masa depan agar organisasi kita semakin tangguh dan solid.

( Kajen Young Boys - anti politik practicia )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar