Sabtu, 09 Mei 2009

NU Sambut Baik Standarisasi Pesantren

Jumat, 8 Mei 2009 16:34
Jakarta, NU Online

Kalangan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) menyabut baik rencana Departemen Agama menerapkan standarisasi pondok pesantren, madrasah hingga pendidikan tinggi.

"Setiap ada perbaikan akan kita sambut, apalagi madrasah merupakan lembaga pendidikan formal yang memang harus memiliki standar," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar (PB) NU Endang Turmudi di Jakarta, Jumat (8/5).

Ia mengatakan, upaya-upaya ke arah perbaikan itu bagus, tetapi untuk pondok pesantren perlu pemikiran lebih matang karena menyangkut kepemilikan seseorang.

Endang mengatakan, pesantren merupakan lembaga informal yang sekarang sudah masuk ke sistem pendidikan, tetapi masih berbenah.

Ketua Lembaga Dakwah NU KH Nuril Huda mengatakan standarisasi pondok pesantren dan madrasah itu baik sekali, karena selama ini pondok pesantren yang satu dengan lainnya fokusnya tidak sama. "Misal, kalau Pondok Pesantren Langitan cenderung ke fikih, sedangkan Lasem ke nahwu," katanya.

Menurut dia, standarisasi itu bagus, meskipun tidak bisa mengubah 100 persen tradisi pesantren, karena masing-masing mempunyai kekuatan ke dalam. "Jadi, bukan berarti para kiai itu tidak mau diatur, mereka punya kekuatan sendiri terhadap pesantrennya," katanya.

Ia mengatakan, standarisasi itu bagus supaya lebih mantap, tertib dan fokus, sehingga alumni pesantren tidak ketinggalan di kancah nasional dan internasional. "Dengan standarisasi, berarti akan ada patokan bagi pesantren minimal harus seperti ini," katanya.

Ia menyebutkan ada sekitar 16 ribu pesantren di Indonesia, dan hampir semua kulturnya NU. "Saya yakin tujuan Depag baik, yakni untuk meningkatkan martabat agar bisa bersaing di tingkat internasional. Supaya anak pesantren dapat belajar ke luar negeri, dan untuk itu harus bisa berbahasa Inggris," katanya.

Sementara, Ketua Umum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Sukro Muhab mengatakan standarisasi madrasah memang perlu untuk berkompetisi, jika lulusan madrasah tsanawiyah (MTs) ingin masuk ke SMA atau SMK, dan dari madrasah aliyah (MA) ke perguruan tinggi. Menurut dia, kalau tidak ada standarisasi, mereka akan kesulitan bersaing dengan siswa dari sekolah umum. (ant)

courtessy : www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar