Selasa, 23 Juni 2009

Khofifah Minta IPNU & IPPNU Turut Melawan "Gerakan Anti-Tahlil"

Senin, 22 Juni 2009 16:20
Brebes, NU Online


Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa, meminta organisasi Ikatan Pelajar NU dan Ikatan Pelajar Putri NU, turut menyikapi sekaligus melawan gerakan Islam fundamentalis yang belakangan makin gencar 'menyerang' NU. Gerakan itu, katanya, misal, berbentuk gerakan anti-tahlil, anti-solawat, anti-Maulid Nabi, dan lain-lain.

"Rekan, rekanita IPNU dan IPPNU, ayo kita hadapi dan lawan GAM, GAS dan GAT. Apa itu GAM, yaitu gerakan anti-Maulid Nabi. Apa itu GAS, yaitu gerakan anti-solawat. Apa itu GAT, yaitu gerakan anti-tahlil," pinta Khofifah dengan nada tegas.

Ia mengatakan hal itu di hadapan sekira 2.500 peserta Kongre IPNU dan IPPNU di Pesantren Al Hikmah, Brebes, Jawa Tengah, Senin (22/6) siang.

Gerakan itu, kata Khofifah, jelas sekali mengancam keberadaan NU. Tahlil, solawat dan peringatan Maulid Nabi merupakan ritual ibadah khas NU yang sudah mentradisi sejak masa lampau. Dan, gerakan Islam fundamentalisme tersebut berupaya menghilangkan tradisi-tradisi itu.

IPNU dan IPNU yang merupakan 'ujung tombak' pengkaderan NU, imbuh Khofifah, harus di posisi terdepan untuk melawannya. Jika tidak, generasi di masa mendatang, tidak akan lagi mengenal NU. Bahkan, NU pun dipastikan bakal kehilangan generasi penerusnya.

Sementara, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang diharapkan jadi pusat pengkaderan NU di tingkat mahasiswa, terang Khofifah, kini sudah tidak bisa diharapkan lagi. "Pembebasan pola pikir terjadi sedemikian rupa di PMII. Di PMII tidak lagi diajari pentingnya solawat, tahlil, Maulid Nabi, dan lain-lain. Jangan sampai di IPNU atau IPPNU terjadi seperti itu," pungkasnya.

Khofifah yang juga mantan aktivis PMII, mengaku prihatin mengamati kondisi di bekas organisasi yang turut membesarkan namanya itu. Pasalnya, gerakan PMII sudah mulai jauh dari cita-cita saat awal didirikannya.

"Akhirnya, PMII mulai 'tidak laku' bagi mahasiswa. Anak-anak NU mulai tidak lagi tertarik pada PMII. Lalu, yang terjadi kemudian, banyak anak-anak NU yang 'diambil' (baca: aktif dan menjadi kader) organisasi lain," jelas mantan ketua PMII Surabaya, Jawa Timur, itu. (rif)


courtessy : www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar